|
Detail Cantuman
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Pengarang
|
:
|
Harso
|
Judul
|
:
|
Film Nasional Lesu Darah?
|
Bahasa
|
:
|
ind
|
|
|
|
Abstrak
|
:
|
Lebih dari 50 perusahaan film Indonesia terpaksa gulung tikar karena sudah sekian lama tidak produksinya lagi. Pertanyaan tersebut kira-kira begini bunyinya; Apakah Film Nasional benar-benar telah mengalami penyakit lesu darah?.
Masalah lain ialah alasan yang mengatakan sukarnya booking gedung bioskop di Jakarta, sehingga peredaran film nasional dirasakan kurang memuaskan.
Tuduhan lain tentan menurunya pemasaran film nasional ialah karena masuknya film-film import yang cukup banyak. Quota film import sampai saat ini berjumlah 600 film. Inipun katanya akan diturunkan menjadi 500 film, untuk membantu lancarnya pemasaran film nasional. Sedang pada kenyataannya, jumlah film import yang masuk pun tidak sampai menapai angka quota tersebut.
Masalah sebenarnya tentang penurunan pemasaran film nasional itu terletak pada beberapa producer baru itu sendiri. Ada gejala-gejala “Ijon” pada perudahaan film baru ini. Mereka biasanya menyerahkan pemasaran filmnya pada pemasar yang bukan orang film, “Ijon” terjadi disini, sebab tidak jarang terjadi bahwa sang producer telah menyerahkan pemasarannya, dimana film itu sendiri sedang digarap. Atau dengan kata lain, film sudah bukan milik producer lagi pada waktu film tersebut selesai, bahkan masih belum selesai.
|
|
|
|
Kata Kunci
|
:
|
Film Nasional , Gulung Tikar, Lesu Darah
|
Sumber
|
:
|
Berita Yudha, 3 Agustus 1974
|
|
|
|
Dokumen Teks Lengkap
|
:
|
Catatan : Anda harus memiliki aplikasi pembaca
dokumen PDF untuk dapat membuka dokumen ini.
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|