"Pertama kali datang ke Teater Populer pada 1972, niat saya sebenarnya pengen jadi "pemain". Sebab sebelumnya saya kan sudah punya pengalaman bermain di Teater Remaja Jakarta. Tapi hari itu ketika jumpa dengan Teguh Karya yang terjadi bukan bicara soal kesenian tapi lebih kepada persoalan hidup sehari-hari. Intinya kira-kira begini, terimalah segala sesuatu dengan kerendahan hati. Itu saya ingat betul. Berangkat dengan kesadaran itu saya lalu diajak menggeluti kesenian. Mulanya dia membiarkan saya dulu . Saya ikut terlibat dalam produksi. Saya coba bermain. Saya coba bekerja. Apa saja. Kemudian saya sadar rupanya tempat saya rasanya bukan sebagai pemain.
Maka saya pun tak lagi memaksakan niat saya yang dulu itu. Apalagi Teguh Karya memberi kesempatan kepada saya untuk mencoba bekerja. Apa saja. Setelah saya menyadarinya, kami lalu sering mendiskusikannya. Dan setelah saya yakin dengan kemampuan sendiri, akhirnya saya melangkah ke tempat lain. Bidang yang saya geluti kemudian editing. Ini menarik karena di sini saya banyak belajar dari kesalahan. Bukan cuma kesalahan diri sendiri tapi juga kesalahan orang lain. Dan yang menarik dipekerjaan itu, saya bisa belajar banyak dari kesalahan permainan aktornya, lighting, sampai camera movement. Dan kemudian kita memanipulirnya agar orang nantinya tak mengetahui bahwa telah terjadi kesalahan di balik itu semua. Dan dengan bimbingan Teguh Karya, pada tahun 1982-1983 saya akhirnya menjadi seorang editor juga kamerawan. Kalau tidak salah dimulai dari film Usia 18. Dalam proses belajar saya, Teguh Karya sudah berperan sekaligus ya sebagai guru, bapak, teman juga sahabat. Dia memperhatikan semua yang terjadi pada diri kita.
"

 George Kamarullah (Kamerawan Film)

Sumber :

Sinematek Indonesia