Detail Cantuman
 
 
 
Kembali ke Daftar >
 
 
 
 
   
"Saya mengenal Steve ketika masih belajar di ATNI, jauh sebelum Teater Populer didirikan. Bersahabat dengan Steve menyenangkan, ia bisa memisahkan kapan kita bercanda dan kapan kita bekerja. Bila kita sudah bekerja maka semua dilakukan dengan serius. Steve selalu menanamkan motivasi dalam bekerja agar tercapai hasil yang baik. Steve itu orang yang serius, malah bagi saya ada juga kesan angkernya, apalagi kalau sudah latihan. Dulu saat masih belajar, kami harus selalu siap dalam segala kondisi. Bila seorang pemain berhalangan hadir, kami harus siap menggantikannya. Sehingga ini membuat kami bukan saja mempelajari peran sendiri tapi juga peran orang lain. Sebagai pemain, terus terang saya banyak belajar dari cara seperti itu. Dan itu membekas dalam produksi Perempuhan Pilihan Dewa pada 1976. Saya ingat betul, kami berlatih dari siang hari sampai malam selama empat puluh hari. Saya itu sampai hafal betul dialog-dialog lawan main saya, bahkan juga peran prianya. Steve juga jago membangun suasana dalam penyutradaraan. Ini saya alami dalam produksi Teh dan Simpati karya Robert Anderson, di mana saya satu-satunya pemeran wanita dan cuma diberi waktu sepuluh hari untuk berlatih. Ada adegan di mana saya muncul sambil membawa secangkir teh. Karena takut nervous di panggung, di malam pementasan, pada tatakan cangkir saya beri tisu supaya bila tangan saya gemetar tidak terdengar bunyi cangkirnya. Namun, sungguh saat tampil saya bisa melakukannya dengan baik. Steve memang jago meyakinkan pemainnya. Ini juga saya alami dalam film Ranjang Pengantin. Saya adalah orang yang susah mengeluarkan air mata. Pada hal sehari-hari termasuk latah. Kalau ada orang nguap saya ikut nguap, kalau ada orang muntah ikut muntah. Artinya sebenarnya emosi saya mudah tersentuh. Tapi untuk peranan di film itu, saya betul-betul kesulitan karena harus melakukan banyak adegan menumpahkan air mata. Nah di sini, sekali lagi saya melihat bagaimana kemampuan Steve membangun suasana sehingga kita terasuk. Dan alhamdulillah, ketika shooting, saya sanggup melakukan adegan menangis tanpa air mata palsu. Di film itu saya memperoleh Piala Citra sebagai pemain Pembantu Wanita Terbaik.
"
 
 Mieke Wijaya (Aktris)
Sumber :
Sinematek Indonesia 
 
 
 
Kembali ke Daftar >
 
 
 
Pemutakhiran

Perpustakaan Nasional Republik Indonesia

Jl. Salemba Raya 28A Kotak Pos 3624
Jakarta 10002 - Indonesia

Jam Layanan

Senin - Jumat : 09.00 - 15.00 (WIB)

Kontak Kami

(021) 929 209 79
(021) 392 7919; (021) 319 084 79 (fax)
info@perpusnas.go.id

Pernyataan Privasi | Ketentuan Penggunaan

Anda pengunjung ke 1054300 sejak 27 Oktober 2009

©2015 Perpustakaan Nasional Republik Indonesia