|
Tentang Teater Populer
|
|
|
|
|
Teater Populer didirikan pada 14 Oktober
1968, dengan nama Teater Populer Hotel Indonesia.
Adanya pencantuman “Hotel Indonesia” di
belakang nama Teater Populer adalah karena Teguh Karya yang
jauh sebelumnya sudah aktif di panggung pertunjukan terutama
di gereja-gereja, bekerja di Hotel Indonesia. Dengan latar
belakang sebagai dramawan yang pada masa itu usianya masih
sangat muda, Teguh lalu mendirikan Teater Populer yang
karena pertunjukannya banyak berlangsung di Hotel Indonesia
maka namanya adalah Teater Populer Indonesia.
Beberapa tahun kemudian, setelah Teguh
tidak lagi bekerja di Hotel Indonesia, nama yang dipakai
adalah Teater Populer.
Sejak berdiri hingga beberapa tahun ke
depan, warna dari perjalanan pertunjukan Teater Populer
sangat identik dengan diri Teguh Karya, walaupun selain
Teguh ada sejumlah nama lainnya yang turut menyertai
perjalanan Teater Populer, di antaranya Slamet Rahardjo,
Tuti Indra Malaon, Niniek L. Karim, Hengky Soleman, Dewi
Matindas, dan lain-lain.
Naskah-naskah yang dipentaskan cenderung
naskah-naskah asing yang kemudian diterjemahkan dan
diadaptasi ke dalam kondisi lingkungan budaya Indonesia.
Gaya atau model pertunjukannya pun menggunakan model atau
gaya yang cenderung tidak menggunakan simbol-simbol atau
lambang-lambang. Hal ini yang kemudian membuat kebanyakan
orang atau masyarakat merasa komunikatif.
Beberapa karya penulis terkenal yang
menjadi faforit Teater Populer untuk dipentaskan adalah
Antara Dua Perempuan dari penulis Alice Gerstenberg. Naskah
ini merupakan kiprah pertunjukan pertama Teater Populer yang
berlangsung di Bali Room Hotel Indonesia pada 14 Oktober
1968, lalu dilanjutkan lagi di Balai Budaya Jakarta pada 28
dan 29 Oktober 1968.
Secara berurutan, naskah-naskah asing
adaptasi yang dipentaskan Teater Populer kemudian adalah
Jangan Kirimi Aku Bunga karya penulis Norman Barash dan Karl
Moore, Melintas di Tengah Matahari karya penulis Lorraine
Hansberry, Perkawinan karya penulis Nikolai Gogol, Teh dan
Simpati karya penulis Robert Andersen, Pemburu Perkasa karya
penulis Wolf Menkiewitz, dan lain-lain.
Pada 1970, Teguh Karya bersama Teater
Populer memulai kiprahnya dalam film Indonesia dengan
membuat Wajah Seorang Laki-laki. Karya-karya Teguh Karya
dalam bentuk film yang umumnya didukung oleh “tim” Teater
Populer baik pekerja maupun para pemainnya, selalu mendapat
perhatian yang sangat baik dari para kritikus film serta
mendapat penghargaan Piala Citra pada sepanjang Festival
Film Indonesia, termasuk juga beberapa festival film
internasional.
Setelah Teguh Karya wafat, keberadaan
Teater Populer tetap eksis dengan beberapa kegiatan baik
pertunjukan maupun pelatihan seni acting dan lain
sebagainya, dengan komando Slamet Rahardjo.
Alamat Teater Populer: Jl. Kebon Pala I
No. 295 Tanah Abang, Jakarta Pusat
|
|
|
|
|
|
|
|